"Semanis Brownies"
By : Muhammad Yunus
Sinar Matahari pagi di desa, lengkap dengan embun pagi yang bersahaja. Suatu kesalahan besar jika aku tak mensyukurinya. Hm, langit pun tak lupa menghiasi hari ini dengan kebiruannya dengan ditemani awan putih yang indah nan elok dipandang mata. Masyarakat di desa ini sangat bersemangat untuk berkerja. Kebetulan, hari ini adalah hari minggu. Aku selalu menonton televisi pada hari minggu, aku biasanya menonton film kartun atau sesekali menonton berita.
Keesokan harinya,tepat pada hari senin, aku bersekolah seperti biasanya. Ya, aku mendapat kejutan tak terduga. Pada hari ini aku ditantang oleh salah seorang temanku untuk berkelahi. Tentu saja aku menolaknya, karena aku sendiri tidak suka perkelahian. Padahal, aku merasa aku tidak pernah mengajak seseorang berbuat buruk walau dan juga aku merasa kalau aku sudah berbuat sebaik mungkin layaknya seorang yang baik. Tapi entah mengapa bisa- bisanya aku ditantang untuk bertarung. Namun apa daya, dia melayangkan sebuah tinju dengan tangannya yang besar. Aku tak bisa melawannya. Karena aku sendiri tak tahu apa kesalahanku, jadi aku berusaha untuk kabur saja. Tapi,apakah dia membiarkanku lari begitu saja? Tidak sama sekali. Dia terus mengejarku tanpa lelah dan kemudian dia menghajarku dengan kerasnya. Oh sayang sekali. Aku tak bisa berbuat banyak sekalipun aku terus berusaha melawannya. Sungguh aku tak bisa melawannya karena dia dikenal sebagai seorang anak yang mempelajari suatu beladiri dengan tingkatan yang cukup tinggi untuk anak seusianya. Aku menjadi babak belur dibuatnya, kemudian aku tak sadarkan diri setelahnya.
Lagi, keesokan harinya aku tak bisa masuk sekolah karena rasa sakit itu masih terasa. Walaupun dia sudah dilaporkan ke guru BK, namun itu tak sedikitpun mengurangi rasa sakitku. Kebetulan ada ibuku yang menemaniku, entah mengapa tiba-tiba saja aku bertanya pada ibuku.
Sekitar jam 9 pagi aku sangat bahagia karena ada yang memberi brownies
yang lembut dengan manis khasnya. Tentunya ibuku memberikan semuanya
kepadaku dan adikku yang sedang menonton televisi. Aku langsung
melahapnya dengan semangat. Tapi, yang aku herankan mengapa ibuku tak
sekalipun meminta brownies itu? Tapi ya sudahlah.. Apa boleh buat? Aku
juga tak tahu harus bagaimana . Apa mungkin aku memberikan brownies itu
dengan paksaan dan berharap ibuku menerimanya? Tentu tidak, bukan?
Lagian aku juga sangat suka dengan brownies,sayang sekali jika aku tidak
mendapat banyak brownies untuk mengguncang lidahku.
Keesokan harinya,tepat pada hari senin, aku bersekolah seperti biasanya. Ya, aku mendapat kejutan tak terduga. Pada hari ini aku ditantang oleh salah seorang temanku untuk berkelahi. Tentu saja aku menolaknya, karena aku sendiri tidak suka perkelahian. Padahal, aku merasa aku tidak pernah mengajak seseorang berbuat buruk walau dan juga aku merasa kalau aku sudah berbuat sebaik mungkin layaknya seorang yang baik. Tapi entah mengapa bisa- bisanya aku ditantang untuk bertarung. Namun apa daya, dia melayangkan sebuah tinju dengan tangannya yang besar. Aku tak bisa melawannya. Karena aku sendiri tak tahu apa kesalahanku, jadi aku berusaha untuk kabur saja. Tapi,apakah dia membiarkanku lari begitu saja? Tidak sama sekali. Dia terus mengejarku tanpa lelah dan kemudian dia menghajarku dengan kerasnya. Oh sayang sekali. Aku tak bisa berbuat banyak sekalipun aku terus berusaha melawannya. Sungguh aku tak bisa melawannya karena dia dikenal sebagai seorang anak yang mempelajari suatu beladiri dengan tingkatan yang cukup tinggi untuk anak seusianya. Aku menjadi babak belur dibuatnya, kemudian aku tak sadarkan diri setelahnya.
Lagi, keesokan harinya aku tak bisa masuk sekolah karena rasa sakit itu masih terasa. Walaupun dia sudah dilaporkan ke guru BK, namun itu tak sedikitpun mengurangi rasa sakitku. Kebetulan ada ibuku yang menemaniku, entah mengapa tiba-tiba saja aku bertanya pada ibuku.
“Bu, mengapa masih ada yang tidak menyukaiku, padahal aku sudah
melakukan yang terbaik seperti yang dilakukan orang yang baik,bu”.
Tanyaku dengan lugunya.
“Apakah kau ingat dengan brownies yang kau
makan kemarin? Kau tahu kalau brownies itu enak rasanya, lembut
teksturnya dan aromanya juga menggugah selera. Namun, pada kenyataannya
tak semua orang menyukainya”. Jawab ibuku dengan bijak.
Jujur saja, aku kehabisan kata-kata setelah mendengar jawaban dari
ibuku. Entahlah, aku juga tak begitu mengerti tentang kehidupan ini. Tak
seperti yang kukira, ternyata hidup ini sangatlah rumit. Kadang hidup
ini sulit untuk dipahami. Ketika kau berbuat baik untuk seseorang, belum
tentu orang itu membalas kebaikanmu, atau bahkan membencimu hanya
karena hal sepele. Ya, seperti yang dikatakan ibuku. Kadang diri
seseorang itu bagai brownies, meskipun sudah terlihat sangat baik tapi
masih ada saja yang tak menyukainya. Semua itu wajar saja karena sosok
seorang nabi Muhammad saja yang kita ketahui bagaimana akhlakul
karimahnya,tutur katanya,dan lain sebagainya yang menggugah jiwa bagi
siapa saja yang dekat dan sadar akan hal itu. Dan faktanya, masih ada
yang tidak menyukai nabi bahkan membencinya. Apalagi aku yang hanya
seorang bocah biasa. Tentunya, aku harus sadar kalau apa yang kulakukan
tak selalu benar dan apa yang benar tak selalu kulakukan.
Pesan moral dari cerita di atas :
“ Apa yang kau lakukan tak selalu benar dan apa yang benar tak selalu kau lakukan”.
Terima
kasih telah membaca cerita dari saya. Lebih dan kurangnya mohon
dimaafkan. Kalau perlu kamu bisa kasih kritik dan saran di komentar :-D